Assalaamu'allaykum.
Posting ini akan membahas tentang penggunaan program komputer untuk membuat pola kristik. Ini merupakan tulisan pertama mengenai topik seputar penggunaan
software kristik, insya Allah akan aku tuntaskan seri catatan ini dalam waktu yang tidak terlalu lama.
Hal pertama yang ingin aku sampaikan adalah software dapat membantu proses penciptaan pola, tapi kemampuan dan keahlian anda dalam seni kristik yang akan menentukan kualitas pola yang dihasilkan. Bagiku sendiri, yang bukan seniman seni rupa dan bukan pula ahli kristik, hal yang paling berguna dari penggunaan
software kristik adalah penghematan sedikit waktu dan kertas kalkir (untuk menjiplak gambar asli), serta banyak kertas grafik (itu loh, kertas yang ada kotak grid-nya kecil-kecil, biasanya dicetak warna biru, dijual dalam bentuk buku notes ukuran
letter paper atau A4).
Ya, betul, semula aku membuat pola kristik secara manual sesuai kebiasaan mbah putri dan emakku. Aku memang suka menggambar, dan senang membantu kakak yang gemar menyulam dan jahit tusuk silang/strimin. Tapi alasan utama mebuat pola sendiri adalah karena pola dan atau kit yang ada di pasar sungguh tak terjangkau (jarak dan harganya), sebab kami hidup di kampung di pinggiran sebuah kota kecil yang tidak punya toko khusus kerajinan, apalagi spesialis kriya tekstil. Mimpi deh kalau ingin mengerjakan kit keluaran DMC atau Mirabilia! Betul, kadang-kadang mimpi bisa jadi kenyataan, tapi soal yang satu ini sangat jaraaaaaang kejadiannya. Makanya, aku belajar bikin pola untuk kakakku (Wein; 90% pola Kristik Islami dijahit oleh dia, bukan saya).
Software kristik sangat membantu untuk penghematan kertas grapik tadi, Anda bisa bayangkan ya, kalau satu gambar bunga ukuran 50x50
stitches yang memiliki gradasi warna sampai 4 saja, untuk merapikan batas gradasinya aku bisa menghabiskan kertas minimal 3-4 lembar (terutama karena kotak-kotak di kertas grafik ukurannya sangat amat terlalu kecil, sering salah, sukar untuk teliti), sedangkan dengan software kristik aku tidak menggunakan selembarpun! Itu hal yang paling aku sukai karena menghemat penggunaan kertas adalah salah satu upaya menyelamatkan hutan hujan tropis kita. Selama lebih dari 3,5 tahun menjadi relawan di berbagai perkampungan di bagian timur Indonesia (Papua, Sulawesi, Kalimantan), aku menyaksikan langsung bagaimana mengenaskan habitat dan ekosistem serta kehidupan manusia umumnya di daerah terdekat serta di lahan-lahan sisa kegiatan HPH dan
illegal logging. Aku harap bila anda membaca ini, mulailah untuk melakukan penghematan juga.
Oke, balik lagi ke
software kristik. Penggunaan
software memang menghemat waktu dalam membuat pola, tapi tidak terlalu signifikan. Itu bila anda ingin menghasilkan pola yang berkualitas. Anda akan menghabiskan waktu yang relatif sama dengan pengerjaan manual dalam hal pemilihan warna benang serta rentang variasi warna dengan merujuk warna benang aslinya yang anda pegang di tangan secara nyata, bukan hanya warna tampilan di layar komputer. Anda juga akan menghabiskan waktu cukup lama untuk mengurangi atau menambah jumlah warna benang yang dipergunakan dengan merujuk warna benang yang sebenarnya, bukan hanya sekadar mengandalkan kemampuan
software. Sebab, bila anda hanya mereduksi jumlah warna menggunakan fasilitas yang dipunyai
software, anda hanya akan mendapatkan gambar yang "flat" dan malah kadang-kadang kehilangan pesona kecantikan gambarnya. Foto anda tersenyum dengan tampak lesung pipit yang menambah kemanisan senyum anda, mejadi gambar anda yang terkesan menyeringai seram karena giginya terlihat penuh grompal ditambah dengan sebuah temblong gelap di pipi...
kenapa? Karena blok warna yang disederhanakan akan sepenuhnya bergantung pada batasan resolusi warna sesuai rentang kode RGB yang anda tentukan. Gampangnya begini, dalam membuat pola anda menyetel maksimal 30 warna akan digunakan, tapi gambar punya varian warna yang banyak sekali (foto hitam putih saja bisa punya unsur warna RGB sampai puluhan ribu), maka komputer otomatis akan menyatukan warna yang berdekatan spektrum RGB-nya sehingga hanya ada 30 warna saja. Kalau warna foto mengandung wana yang tersebar maksimal green, red, blue di tiap spektrumnya, malah lebih kacau lagi hasil reduksi otomatis yang anda lakukan. Coba saja.
Mengapa hal ini penting? Ya jelas dong, anda kan tidak mebuat pola kristik untuk jadi
wallpaper komputer, tapi untuk dikerjakan jahitannya? Bahkan anda juga mungkin ingin membagikan hasil karya anda kepada orang lain, atau lebih jauh lagi mungkin saja kan ada orang yang mau membeli pola buatan anda? Buat apa membuat pola yang sukar dikerjakan atau malah mustahil untuk dirampungkan? Ilustrasinya begini: sahabat kita, sebut saja Mbak Ani, pernah bersemangat mengunduh pola kristik (bahkan membelinya) karena melihat gambarnya begitu menggoda, warnanya begitu menawan, oh, ukuran jadinya lumayan manis hanya 27x27cm ... tapi saat pola sudah dicetak dan Mbak Ani bersiap untuk memulainya: tadaaaaa! pola itu memakai 98 warna benang DMC! Bisa dibayangkan? Bagi Mbak Ani, itu adalah
'impossible pattern'. Mungkin, bila anda seperti Mbak Ani yang tidak terlalu kaya raya dan juga tidak tergila-gila amat pada kristik, pola tadi tidak akan pernah dikerjakan karena, OMG, untuk benangnya saja bisa menghabiskan hampir 600 ribu! Itu pun kalau per warna hanya butuh 1 skein...
cilekek.
Singkatnya, program komputer tidak akan menghasilkan suatu yang luar biasa jika anda juga tidak mampu mempergunakannya, tidak membuatnya menghasilkan hasil akhir yang dapat dipakai dengan nyaman dan mudah. Kita bisa saja datang ke museum Edvard Munch (kalau anda mengunjungi Eropa, sempatkan diri mengunjungi museum ini di Oslo, Norwegia,
it's worth of your time!), ramai-ramai mengagumi karya fenomenalnya 'The Cry'. Lalu kita dengar dari
tour guide yang cakep dan agak gundul, si Munch itu melukis pakai kertas
cardboard jenis xxx, krayon dan tempera xyz, metodenya abcdef... maka ramai-ramai 20 orang anggota kelompok
tour membeli
cardborad, krayon, tempera, dan buku panduan metode lukisnya. Kemudian, sepulang ke rumah masing-masing tiap orang mulai melukis, bahkan belajar secara khusus dengan guru lukis segala. Dalam waktu satu tahun, barangkali (bila ada!) hanya ada dua tiga orang saja yang jadi mampu melukis pakai krayon mencoba mengikuti gaya ekpressionisnya Munch, tapi tetap jauh dari kualitas Munch. Barangkali kelihatan mirip lukisan Munch pun tidak. Oke, oke, kan lukisannya memang tidak meniru-niru dan kepengin jadi lukisan Munch...
owww, itu bukan
excuse untuk karya pas-pasan berupa lukisan hasil belajar teknis melulu. Bisa jadi dalam hati pelukis super amatir begini juga mengakui, lukisan gitu itu hanya berupa gambar kosong tanpa greget ekspresif memadai.
Well, bagaimana juga, karya seni dalam bentuk apapun bukan semata-mata hal teknis, tapi juga bakat dan rasa. Dua hal itu hanya 1% dari 100% unsur karya, selebihnya adalah latihan. Untungnya porsi 99% itu bisa meningkatkan kualitas bakat dan rasa tadi, malah mungkin memunculkannya bila semula memang tidak ada. Jadi, menggunakan software ataupun tidak, seringlah berlatih dalam membuat pola kristik, supaya hasil karya anda maksimal. Jangan pernah berharap atau menganggap
software akan mendadak membuat anda begitu canggih hingga kemampuan produktif anda dapat menghasilkan sebanyak mungkin pola bagus setiap harinya.
Nah, sebagai pengantar, posting ini sudah cukup panjang. Lanjutan dari catatan seputar
software kristik ke depan akan lebih fokus pada how to dan lain-lain tips seputar pemakaiannya. Semoga pengantar ini bermanfaat dan aku minta maaf ya kalau ada kata dan kalimat yang tidak berkenan di hati anda sebagai pembaca. Mohon maaf setulus-tulusnya.
Wassalamu'allaykum.